Rabu, 28 Juli 2010

Anniversary

Tak terasa, usia pernikahan ini sudah berjalan selama 5 tahun. Jika ingat bagaimana awalnya pertemuan kita, sangat aneh mungkin. Tidak dengan proses Pacaran seperti orang kebanyakan.

Allah telah pilihkan seorang pria dengan segudang kesabaran, untuk menjadi suami dan ayah anak-anak saya.

Memang benar, menyatukan dua kepala tidak semudah membalikkan telapak tangan. Kami dari keluarga yang sangat berbeda. Baik budaya, adat kebiasaan, dan masih banyak lagi perbedaan diantara kami.

Membentuk sebuah keluarga, tentunya keinginan semua orang. Begitupula saya.
Dibenak saya, semua yang indah – indah terlukis.

Berharap mendapatkan suami yang romatis, karena saya sendiri orangnya agak kaku.
Berharap yang punya hoby sama ; traveling, naik gunung, baca buku. Biar kalo ngomong nyambung.

Berharap dia lebih macho, lebih tau banyak hal, dibanding saya yg agak kuper.
Allah berikan saya:

Seorang laki-laki yang jauh….dari romatis. He is just ordinary people, lurus, serius, bahkan seringkali ga ngeh kalau sedang digosipin sama ponakan & istrinya (maaf ya honey…..)

Tidak hoby naik gunung, sekali-kali pengen ngajak naik gunung beneran euy….(nostalgia waktu kuliah)

Tutur katanya sangat halus dan santun terhadap semua (bocoran, hati mama kepincut karena sikapnya yang satu ini), sikapnya Lebih lembut dari saya, Lebih sabar dari saya, lebih gampang tidur….(ini sih ga masuk itungan ya….)

Tapi saya yakin, inilah yang terbaik yang Allah berikan untuk saya.

Persamaan antara kami berdua adalah:

Kami tidak terbiasa ngurus rumah (beberes) alias sama-sama “pemalas”, saya lumayan terkaget-kaget harus mengerjakan semua kerjaan rumah sesaat setelah menikah.

Bisa stressss….berat menghadapi kerjaan rumah yang menggunung. Saya lebih memilih kerja di kantor sampai pagi daripada disuruh melakukan kerjaan rumah. Apalagi didukung kulit saya yang super sensitif, jika terkena detergen, seluruh kulit telapak kaki mengelupas, kulit tangan juga, bahkan sampai lecet-lecet dan berdarah.

Kami sama-sama tidak pernah kerja rumahan (dari beres-beres rumah, nyuci, nyetrika, sampai masak) dari kecil sampai usia saat saya kerja. Bukan saya ngebos tapi banyak kakak yang merelakan adiknya ini main-main daripada beresin rumah or masak. Akhirnya…. Terbawa sampai sekarang.

Dibenak saya, lah…wong sudah cape kerja kantor, masih juga harus jadi “UPIK ABU” (hiks….) apa ga bisa istirahat dengan tenang sepulang kerja seharian.

Sama-sama hoby tidur….., (kalau ini saya agak kalah). Saya tidur panjang kalo pas libur aja. (ngeles), atau saat malamnya harus begadang menyelesaikan kerja, menulis, atau baca buku. Biasanya ba’da subuh, tidur….lagi. kaya lagunya mbah Alm. Mbah Surip ya, Bangun tidur….tidur lagi, bangun tidur…tidur lagi…., bangun tidur…………., tidur lagi. (nyanyi mode on).

Enaknya, suami ga pernah protes liat saya kaya gini, makasih honey…..(tapi saya sering protes kalo suami yang tidur, hehehe…curang ya…..)

Perbedaan kami:

Saya yang notabene cukup mandiri, hidup tidak ditunggui oleh orangtua. Hanya anak-anak (saya, 4 kakak dan 1 adik). Semua kami putuskan sendiri, baik buruk fikir sendiri, semuanya atas inisiatif masing-masing. Tidak seperti keluarga normal pada umumnya. Ada ayah, ibu yang selalu bisa dimintakan pedapatnya saat kita perlukan, yang setia memonitor setiap perkembangan anak-anaknya.
Tapi biarlah…., dengan begini Allah menjadikan kami lebih surfive. Tahan banting.

Suami dari keluarga yang cukup harmonis, selalu ada campur tangan pihak keluarga untuk setiap keputusan yang dibuat. Selalu menimbang baik buruk secara bersama. (indahnya….)

Saya tidak suka berkeliling Mall untuk check harga, atau belanja apalagi menawar harga. Berbeda dengan suami, yang jago banget nawar, dan hoby keliling Check harga. Kalo saya belanja, bisa di target waktu & brg yang dibeli. Tapi kalo suami yang belanja……jangan harap bisa secepat kilat melesat. Pastinya My hubby tengok kanan kiri, liat promo ini itu.

Kalo suami….hebatnya….ga cape keliling terussss… (jadi ingat waktu beli HP di Roxi, untuk menggantikan HP yang di curi org di Bis) saat itu kami mampir di toko pertama, harga sudah cocok, tp suami tidak puas karena penjual tidak mau turunkan harga.

Akhirnya saya diajak muter-muter, hampir 2 jam muter-muter, tidak bertemu dengan toko yang harganya dibawah toko pertama. Yasud…, kembalilah kami ke toko pertama. Emang belum rezekinya, toko tersebut sudah keburu tutup. Yah…nyesel banget kan. Saya langsung manyun, semanyun-manyunnya. 2,5 jam muter-muter di Roxi, pulang dengan tangan hampa.

Saya suka sekali baca buku, apapun bukunya. Dari yang lucu sampai yang serius. Seringkali sampai begadang untuk sekedar menamatkan buku yang sedang saya baca. Suami malah heran melihat saya seperti itu. (aneh kali ya….., sakaaw….baca buku).

Hal yang satu ini coba saya tularkan ke suami, (gak mempan kayanya), berkali-kali saya kompori tentang buku yang bagus, tidak juga tergiur tuh…..(wuaaaa…..gagal…, ga bisa jadi sales buku yang baik dong ya…). Mau tau alasannya?

Suami saya bilang :
1. Bukunya terlalu tebal,
2. Kayanya buku lain lebih menarik,
3. Mending baca sedikit tapi rutin, daripada tidak,
4…….zzzz (keburu pulessss deh dia, hihihi).

Baca majalah tarbawi aja yang tipiiiiiis, bisa ber hari-hari selesainya. (hebat…kan?)
Mungkin sangking mengkaji dan mendalami isi tulisannya kali ya….jadi agak lama selesainya (cieh….ngeles).

Bedanya , suami suka baca judulnya doang, and bawa-bawa buku penuhi tasnya, tapi saat ditanya dah selesai belum bacanya?
Dijawab dengan pasti, “BELUM !” (Pfffuih….., cape deh….)

1 komentar:

  1. yg cocok itu tidak akan ada, tapi yg mau mencocokan diri itu adalah satu usaha yg diiringi cinta akan lbh bermakna saat bersama-sama dengannya ;)

    BalasHapus