Rabu, 21 Juli 2010

Allah masih sayang

Duri Riau ; Mei 2009

Kali ini perjalanan tugas mengirim saya ke kota penghasil minyak, ya…. Kota kecil Duri (Riau). Sebagai Analis lab. saya kebagian jatah trial skala laboratorium pada salah satu tahapan project, padahal beberapa waktu sebelumnya turut mensupport team untuk presentasi pada pihak Cevron.

Dengan membawa peralatan lenong (alat Lab lengkap dengan pereaksi), saya berangkat bersama rekan kerja (sesama analis, adik kelas pula di almamater), KKn banget ya….
Bawaan kami lumayan buanyak dan bikin repot, karena semua masuk special handling, (takut rusak euy….) ada Spektrofotometer, ada Infra Red, belum lagi glassware, wuih….seru. 2 troli masih numpukh. Alhamdulillah, semua bawaan bisa masuk bagasi, tentu saja dengan extra hati-hati, dan rajin mewanti-wanti pihak penerbangan.

Karena harga barang tersebut sangatlah mahal. Kalau saja hilang atau rusak, gaji kami berdua selama setahun belum cukup untuk membeli alat itu, tus….tus…tus….juta.
Ada kejadian unik, saat kami membawa syringe injector untuk Infra Red, sempat ditanya oleh petugas, kami bilang saja sebagai pelengkat alat lab yang kami bawa.

Hampir saja tidak bisa kami bawa, (alhamdulillah….lagi, akhirnya bisa juga masuk). Mungkin melihat tampang saya yang inocent ya…(hihihi).
Trial berjalan lancar (rahasia UMUM), keep the secret ya…
Setelah selesai trial, kamipun berkemas pulang, dengan tetap membawa peralatan lenong. Karena Penerbangan jam 5 sore, dengan berangkat sekitar jam 1 siang, jaga-jaga kalau di pekanbaru macet. Waktu tempuh dari Duri ke pekanbaru sekitar 2,5 jam. Cukup membuat pinggang saya sakit, jalannya agak grenjulan (tidak rata), dan berkelok pula. Belum lagi kalau pas berpapasan dengan truk balak (tronton atau truk besar yang membawa kayu gelondongan), dengan muatan super penuh, dan dirantai seadanya. Saya seringkali parno, ngeri ketiban balak kayu tersebut.

Disatu saat posisi mobil kami tepat berada dibelakang truk yang mengangkut pipa baja atau tubing (eh…ini nulisnya bener ga ya?). pipa tersebut diikat dengan rantai. Yang saya heran pada tumpukan pipa tersebut tidak ada penahannya, maksudnya pada ujung pipa tidak di ikat, atau ditahan oleh rantai atau besi, sehingga kemungkinan merosot sangat besar. Dan kami bisa jadi saja jadi korban kalau pipa itu merosot. (wuih….ngeri). feeling saya tidak enak.

“ pak, tolong jauh-jauh dari truk di depan, saya takut pipanya merosot”. Ujar saya ke pak Rusdi

“Iya mba, saya juga ngeri,” jawab beliau.

“mending disalip aja pak, atau jauh dibelakang sekalian. Biar aman.” Tambah saya, sambil dalam hati terus berdoa semoga pipa tersebut aman dan nyaman dalam posisinya, dan tidak ada niat untuk merosot menyapa kami (menyapa???? Yang ada bisa menghancurkan mobil kami).

Saat ada kesempatan menyalip, akhirnya mobil yang kami tumpangi pun bisa mendahului. Alhamdulillah….seru kami bersamaan. Akhirnya posisi mobil berada didepan dan berjarak satu mobil dengan truk pengangkut pipa tadi.

Selang beberapa saat kemudian, kami tiba pada tanjakan sekaligus belokan. Mobil kamipun berhenti setelah melewati tanjakan tersebut. Tidak tau ada apa, di depan kami macet. Mungkin ada truk yang terperosok atau apa di depan sana. Saat itulah saya menengok ke belakang, ingin melihat antrian mobil di belakang kami. Pas saat saya lihat truk pembawa pipa, ngerem diposisi tanjakan tersebut. Tumpukan pipa satu-satu merosot ke bawah dengan suara yang cukup keras.

Astaghfirullah……kami bertiga terkejut. Pipa pipa besar tersebut meluncur dengan cepat, memenuhi jalan dibelakangnya. Sesaat kami amati, tidak ada kendaraan di belakang truk itu.

Subhanallah….., Walhamdulillah…., Wallahuakbar……, hati saya mencelos. Mungkin kalau di EKG, jantung saya mendadak berhenti melihat kejadian itu. Bagaimana jika saat itu kami bertiga berada dalam posisi tepat dibelakang truk pembawa pipa tersebut.

Wallahu’alam…., mungkin kami sudah almarhum semua. Tapi Allah berkehendak lain. Allah masih sayang kami, Allah masih berikan kami kesempatan, untuk hidup sampai sekarang. Semoga kesempatan yang Allah berikan ini menjadikan kami manusia yang pandai bersyukur dan lebih berhati-hati dalam setiap kondisi.

Ya….Allah…., Terimakasih, telah Engkau berikan kami kesempatan lolos dari kejadian tragis tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar