Palembang 23.59 WIB
Setelah delayed hampir tiga jam, akhirnya pesawat yang saya tumpangi berangkat juga ke kota Sriwijaya. Duduk diantara sesama penumpang pesawat jurusan Palembang, membuat saya rindu rumah, tepatnya rindu suasana rumah mami (ibu mertua) yang notabene wong kito galo.
Ada peristiwa yang memalukan terjadi.
Saat sholat maghrib tiba, saya bergegas ke mushola sementara di dalamnya sudah banyak pula yang siap –siap hendak sholat magrib. Karena pesawat delay sampai jam 18.55, saya lantas ikut barisan sholat maghrib. Setelah sholat maghrib, saya siap – siap untuk ke ruangan tunggu B3, tujuan Palembang.
Saya mencari kaus kaki yang seingat saya, diletakan di atas tas coklat. Karena tidak ketemu, lantas berusaha mencari di sekelilingnya. Kemudian tak lama melihat ada sepasang kaus kaki (bertengger di atas rak). Lantas saya ambil kaus kaki tersebut dan diamati sejenak, “ah…ini dia kaus kakiku,” merasa yakin bahwa kaus kaki itu adalah milik saya, karena warna, ukuran dan model yang sama.
Kembali saya duduk diruang tunggu, bersama dengan penumpang tujuan Pontianak dan Denpasar yang juga delayed. Badan yang sudah pegal, gerah, haus, dan lapar pula. Membuat diri ini malas untuk keluar dari ruang tunggu, sekedar mencari peganjal perut. Alhamdulillahnya ada snack & minuman dari pihak maskapai penerbangan yang akan kami tumpangi. Sempat juga mencium harumnya Hokben di bangku sebelah (hm…tambah laper aja nih perut, kok beliau ga nawarin saya ya…)
Jam 20.35 malam, akhirnya pesawat berangkat. Dalam pesawat saya tidak bisa tidur nyenyak, karena perut yang keroncongan, tidak mempan disumpal roti (maklum orang Indonesia asli). Saya berhayal, sampai di Palembang nanti enaknya makan tekwan yang hangat. Hm…yummy.
Alhamdulillah,…..Allah mendengar doa saya. (yang sedang lapar), pihak maskapai ternyata menyediakan makan malam “HOKBEN” kesampaian juga….akhirnya. Setelah makan, mata pun mulai ngantuk, mau baca buku sudah tidak mood (lagipula sedari tadi baca buku terus diruang tunggu). Merem sebentar…tau-tau sudah sampai.
Janjian dengan rekan kerja yang berangkat dari Pekanbaru (yang juga delay). Menurut perkiraan, saya harusnya sampai duluan di Palembang, tapi karena delay lumayan lama. Akhirnya merekalah yang lama menunggu saya dibandara.
Setengah sepuluh malam sampai di Palembang. (penasaran dengan jembatan Ampera) maklum baru pertama kali ke Palembang, agak norak sedikit.
Setelah say hello dengan penjemput & teman kerja kamipun meluncur ke Plaju, mess pertamina. Karena besok pagi harus presentasi ke Prabumulih. Sekitar 2 – 3 jam dari Plaju.
Bangunan tua (jaman belanda mungkin), jendelanya besar – besar, kamarnya luas, dengan furniture kayu jati asli. Ruangan depan ada sofa yang sudah agak kusam. Langit – langit kamar pun warnanya tak jauh beda, sama kusamnya. Kamar mandinya berukuran 4 meter x 3 meter, cukup luas.
Setelah melihat sekeliling, saya bersiap untuk sholat isya. Tas mulai dibongkar, mengeluarkan mukena, dan peralatan mandi. Saat membuka tas, saya terkejut menemukan sepasang kaus kaki .
Astaghfirullah…, baru tersadar, kaus kaki yang saya cari saat selesai sholat magrib di bandara Sukarno Hatta. Jadi kaus kaki yang saya pakai ini punya siapa?.....
Ya Allah…., ampuni hamba , yang benar – benar tidak sengaja mengambil kaus kaki yang bukan miliknya.
Moga si empunya kaus kaki, mengikhlaskan. Terbayang deh, wajah si pemilik kaus kaki. Pastinya dia mencari kaus kakinya, yang hilang. Di Masjid pula. Ada pencuri kaus kaki dalam masjid? Hal yang memalukan.
Kalaupun saya mau mengembalikan, harus saya kembalikan kemana, dan kepada siapa?
Benar – benar hari yang lengkap.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar