Rabu, 21 Juli 2010

Unpleasant Journey

ON THE WAY TO DURI (SO ….TIRED)

Perjalanan tugas kali ini mengantar saya kembali ke duri-riau. Kota kecil di daerah penghasil minyak. Sesuai dengan keputusan bos besar, akhirnya saya harus berangkat untuk site visit dan sampling (mengambil contoh tanah yang tercemar minyak bumi).
Berat rasanya meninggalkan (lagi) kedua buah hati, untuk tugas luar kota. Tapi karena status sebagai pekerja (baca anak buah), mau tidak mau, suka atau tidak, harus berangkat juga. Lama-lama kerja di kantor ini seperti prajurit, yang harus “stand by” siap perang setiap saat dibutuhkan. Padahal masih banyak karyawan lain yang notabene lebih capable dan tidak digondeli buntut (baca anak) seperti saya. Entah apa pertimbangannya.

Perjalanan kali ini begitu banyak kendala yang harus dihadapi, semuanya diluar kendali dan kemampuan saya untuk mengontrolnya.

Petugas yang sedianya akan mengantar ke bandara sukarno hatta, mendadak diberikan tugas dadakan, dan tidak diketahui pasti kapan bisa kembali ke kantor dan mengantar kami (saya & dua orang teman) yang akan berangkat ke Duri. Alhamdulillah ada driver bos yang bisa mengantar kami.

Instrumen yang rencananya akan saya bawa, ternyata masih di teknisi. Tidak mungkin lagi menunggu alat sampai selesai baru saya berangkat. Akhirnya alat itu di tinggal, dan rencananya akan dibawa oleh kloter selanjutnya tgl 5 Des.

Jadwal berangkat molor satu jam dari rencana, karena urusan administrasi yang agak lambat. Di jalan kami kena macet yang ruarrr biasa, Stuck mulai masuk tol dalam kota (Halim sampai Slipi).

Sepanjang jalan menuju bandara, saya melihat langit gelap. Awan hitam yang menyelimuti kota membentuk ” twister” awan hitam membentuk gulungan yang menyambung dari langit sampai ke tanah, seperti akan terjadi badai tornado atau angin putting beliung (saya ngeri melihatnya) sayangnya tidak sempat saya abadikan dengan kamera. Dalam hati saya berdoa “ Ya Allah….selamatkan perjalanan kami.”

Dibandara, hampir saja alat yang saya bawa tidak bisa masuk. Dus yang memuat alat ternyata bekas bungkus chemical yang mudah terbakar. Jadilah alat tersebut dibongkar dibandara dan dipacking ulang, tempel stiker sana-sini untuk menutupi label “Hazardous material”. Begitu juga dengan dus berisi alat sampling yang dicurigai sebagai senjata . Padahal hanya “hand auger” untuk ngebor tanah. (Pffffuih… hampir saja alat itu tidak bisa kami bawa), belum lagi alat kerja team electric,bongkar dan packing ulang……

Alhamdulillah….akhirnya kami bisa mambawa semua alat masuk dalam bagasi “Special Handling”. Bisa bernafas lega.

Dalam pesawat, kekhawatiran saya muncul lagi. Tumben sang Pilot menjelaskan kondisi cuaca, lokasi posisi pesawat dengan detail kepada penumpang, terakhir sang piot mengingatkan untuk tetap dalam kursi masih-masing dengan sabuk pengaman terpasang.

Benar saja, tidak berapa lama pasawat yang kami tumpangi bergetar kencang. Berkali-kali. Hati saya mencelos. Laa….Haula….wala Quwata… saya benar-benar takut.

Teringat anak-anak dirumah. Seandainya kejadian terburuk menimpa saya.
Saat itu, hanya tawakal yang bisa dilakukan. Sepenuhnya hidup dan mati saya sepenuhnya diserahkan pada Allah, yakin Allah akan menjaga anak-anak dengan sebaik-baiknya penjagaan. Dimanapun saya berada. Dalam hati saya terus berdoa,
“ Ya…Allah …, ya...Karim…., lindungi kami dalam perjalanan ini. Selamatkan kami, ya …Allah”. Tak henti mulut ini berdzikir menyebut asma Allah.

Goncangan dalam pesawat akhirnya berkurang, semakin lama semakin berkurang, dan akhirnya goncangan itu hilang sama sekali.

“ Alhamdulillah…., terimakasih ya Allah….”. gumam saya. Teman yang duduk disebelah kanan sudah memejamkan matanya, entah tidur benar atau tidak.

Setelah menempuh perjalanan selama satu jam dua puluh menit, kami tiba di bandara Syarif Kasim 2 Pekanbaru. Dengan dijemput oleh seorang staff, kami menuju Duri. Sempat kami makan dulu, karena ‘anaconda’ diperut sudah minta jatah.

Hujan deras mengguyur jalan yang kami lalui. Rambu jalan tidak terlihat sama sekali, kalah oleh air hujan yang tumpah “Bresss”… berkali-kali mobil kehilangan kendali, dan menepi karena jalan tidak terlihat.

“ Pak, pakai lampu jauh aja, biar keliatan jalannya”. Usul saya

“ Kalau pakai lampu jauh, nanti mobil lawan kita silau”. Jawab pak R

“ Lebih bahaya lagi, kalau kita ngga lihat apa-apa pak”. Jawab saya

Setelah beberapa kali menepi, akhirnya pak R menggunakan lampu jauh. Kecepatan mobil saat itu hanya 10 – 20 km/jam. 3,5 jam kami menempuh perjalanan dari Pekanbaru ke Duri, biasanya normal 2 – 2,5 jam. Alhamdulillah…..setelah melewati jalan yang cukup melelahkan kami sampai di Duri (kantor cabang sekaligus mess karyawan).

Badan yang super capek, lengket, mata setengah watt, membuat saya tidak kuat untuk berlama-lama ngobrol dengan bos HRD dan bos Duri. Tidur dengan sukses sampai pagi.


SAMPLING PERTAMA (NYALIP ROMBONGAN)


Badan berasa abis digebukin, alias sakit semua. Terpaksa bangun, karena tugas sudah menanti. Ya… site visit & sampling tanah terkontaminasi dijadwalkan jam 8.00 pagi ini. (Andai saja….masih bisa tidur lagi…, pastinya lebih nyaman)

Jam 7.30 pagi, saya sudah siap-siap menuju lapangan. Tapi…tunggu punya tunggu. Masih bingung siapa yang akan mengantar. Akhirnya Bos WH memanggil saya
“ Mba Lis, yang nganter Yudi aja ya. Soalnya semua sibuk mobilisasi unit ke Project CMXXX”. Kata Bos WH.

“ Iya pak, siapa aja boleh. Asal tau jalan aja.” Jawab saya.

Ternyata Yudi, tidak tau alamat yang akan kami tuju. Waduh…., gimana ini. Akhirnya kami bertanya ke Bos HES (banyak banget boss ya…., di sini memang gudangnya Bos). Rute menuju lokasi kantor USER di gambar, berharap kami tidak nyasar.

Celakanya kendaraan yang kami pakai, bensinnya habis, AC nya tidak dingin malah cenderung hangat (ini mobil pakai Air Conditioning atau Air Heater ya….?). Isyarat buruk, bakal sauna sepanjang perjalanan. Mengingat Duri dan sekitarnya puanas….
Setelah mengisi bensin, kami pun sampai di Gate 3. Dipandu oleh seorang ibu yang mengendarai motor, akhirnya sampai di kantor USER. Tapi sayang….rombongan telah pergi beberapa menit yang lalu. (selisipan jalan….dong)

Saya bingung, harus bagaimana. Telpon Bos BDE eh…., jawabnya agak esmosi. Ya sudahlah…., tanya bos lainnya saja yang temperatur rendah. Ternyata bos BDE marah-marah ke para bos di Duri. Bla…bla…bla…, dengan arogansinya. Sampai –sampai bos CMXXX di Duri naik pitam, bawaannya mau ngarungin orang (kaya rambutan aja, dikarungin).

Bos WH yang super sabar pun akhirnya marah juga, karena bos BDE marah juga ke beliau. Ya….Allah…., gara-gara saya semua orang kena dampaknya. (maafkan saya ….bosss).

Padahal saya Cuma bilang, si USER agak kurang welcome aja saat ditelpon. Saya jadi maju mundur untuk melanjutkan perjalanan ini. Kok efeknya jadi ada yang kena marah ya? Bingung deh.

Bismillah…., akhirnya perjalanan dilanjutkan. Alhamdulillah…., dibantu pihak HES USER yang baik hati akhirnya kami sampai di tempat sampling. Malah mendahului rombongan. (waduh…ketahuan USER deh, kita “ngebut wa saibut” nyalip kanan kiri, termasuk menyalip mobil rombongan)

Sampling berjalan lancar. Lokasi tempat pengambilan sampel tanah yang tercemar minyak bumi, berada di lahan gambut. Area tersebut di aliri parit kecil. Airnya berwarna merah kecoklatan (seperti warna air teh, pH nya asam). Beberapa kali saya kejeblos, karena tanah yang saya pijak ambles. Alhamdulillahnya bobot badan saya tidak terlalu berat, hanya ambles sebatas mata kaki saja. Sampling tanah dilakukan sampai kedalaman 1 meter, setelah 1 meter ternyata sudah bertemu dengan muka air.

Jam 12.15 sampling selesai. Pihak USER mengatakan perjalanan dilanjutkan jam 14.00 nanti, setelah istirahat makan dan sholat. Kami berdua (saya & Yudi), segera berkemas. Untuk melanjutkan perjalanan.


SAMPLING KE DUA (NYASAR.COM)

Sambil melanjutkan perjalanan, saya membuka kamera. Mulai mencari cari gambar yang saya ambil saat sampling tadi. Astaghfirullah……ternyata, hanya dua gambar saja yang tersimpan. Selebihnya entah kemana. Semua gambar yang saya ambil tidak ada dalam kamera tersebut. Padahal sebelumnya gambar tersebut ada.

“ Ya….Allah…., bagaimana ini? Gambarnya kok ga ada?” gumam saya. Bagaimana dengan pembuatan proposal nanti, jika dokumentasi saat site visit dan sampling tidak ada.
Untuk kembali ke tempat sampling pertama sudah tidak mungkin, karena kami sudah lumayan jauh meninggalkan tempat tersebut. Izin memasuki lokasi pun bukan hal yang mudah.

Kami beriringan (konvoi) tiga mobil, paling belakang mobil saya, di depan kami mobil bertuliskan PMT, di depannya lagi mobil USER. Beberapa menit kemudian mobil PMT masuk pombensin, sementara mobil USER tetap melanjutkan perjalanan. Kami tidak mengikuti mobil PMT, tapi tetap mengikuti mobil USER. Pada simpang Dumai mobil tersebut belok kiri, kamipun dengan pe de mengikuti mobil tersebut. Beberapa menit kemudian, kami benar-benar kehilangan panduan. Mobil USER ngebut (mungkin 120km/jam), sementara kami tertinggal jauh di belakang.

Jam 14.00 kami tiba di jalan Abdurahman – Dumai. Karena takut tersesat lebih jauh, saya mencoba menghubungi pihak USER. Ternyata jawabannya kami sudah jauh di depan rombongan. Sedangkan mereka baru saja selesai makan dan sholat, tidak jauh dari lokasi sampling pertama.

“ Mba sudah jauh sekali di depan kami. Tadi tidak istirahat makan ya?” tanya USER

“ Saya tadi mengikuti mobil USER dengan nomor 008 pak, karena mobil itu terus jalan dan tidak istirahat kami ikut. Tapi sayangnya kami terpisah dari rombongan. Baiknya kami ambil jalur ke arah mana pak?” tanya saya

“ Lanjut saja ke arah Bandara Dumai mba, kemudian ke arah Kota. Nanti mba akan melihat tangki- tangki hitam besar. Nah…disana kita akan sampling.” Jawab User.
“ Baik pak, kami akan melanjutkan ke sana.”

“ Sebaiknya mbak istirahat makan dulu, sambil menunggu kami sampai ke sana. Waktunya masih cukup kok.” Ujar USER.

“ Iya pak, kami juga akan istirahat dulu. Terimakasih pak.” Saya akhiri telepon ke pihak USER.

Kami memilih makan siang, tidak jauh dari tempat saya menelpon tadi. Khawatir terpisah nyasar.

Setengah jam kami istirahat makan. Setelah menyiapkan alat sampling, kami melanjutkan perjalanan. Sebelumnya tak lupa kami tanya beberapa pihak tentang arah yang harus kami tempuh. Hasilnya….membuat kami bingung. Dari dua sumber, jawabannya berbeda. Ada yang mengatakan lurus ke depan, ada juga yang mengatakan kami harus berbalik arah. Karena yang kami tuju sudah terlewat. Kami pun bertanya ke orang ketiga, jawabannya sama dengan yang pertama. Voting, dua lawan satu, menang dua. Ya….sudah kami lanjutkan perjalanan ke depan (tidak mengambil arah sebaliknya).

Tunggu punya tunggu, tempat yang kami tuju belum kelihatan juga tanda- tandanya. Saya mulai khawatir lagi. Kayanya nyasar nih. Karena makin lama, arah yang kami tuju ke arah pusat kota. Kembali menghubungi USER, merupakan jalan keluar yang aman.

“ Pak, maaf. Ini kami di simpang, harus ambil ke arah mana ya? Ke kiri ke arah perusahaan Patradok, ke kanan ke bukit xxx, jika terus ke pusat kota dumai.” Tanya saya pada pihak USER sambil sesekali melihat tanda atau rambu di jalan.

“ Mba sudah kejauhan mba, tidak perlu masuk ke pusat kota. Tapi sebaiknya ambil jalan kembali. Ke arah yang tadi. Cari arah ke bandara Dumai. Nanti akan terlihat tank farm.” Jawab suara disana.

“ Yud, kita balik lagi. Dah kelewat jauh nih katanya. Atau ngomong sendiri deh sama USER.” Sambil menyerahkan HP kepada yudi.

Saat yudi berbicara dengan USER ditelepon, saya mencoba bertanya dengan orang di jalan. Kali ini pengendara motor di lampu merah.

“pak arah ke bandara lewat mana ya?” tanya saya pada pengendara motor
“ Di depan ini langsung belok kiri, itu jalan pintas mba. Lebih dekat ke bandara Dumai. Kalau mau terus bisa juga, tapi jauh” Jawabnya

Lampu merah sudah berganti hijau, cepat-cepat si pengendara motor itu melaju. Tinggal kami yang masih kebingungan. Kenapa dari tadi para penunjuk jalan tidak ada yang kompak. Beberapa orang yang kami tanya, jawabannya semua beda arah.

“ Kita coba aja yud, kali aja bisa ketemu lagi rombongan.” Ajak saya
Kami mengikuti arah yang tadi di sarankan oleh pengendara motor di lampu merah. Belok kiri terus….., tapi…perasaan saya ada yang aneh. Bukan menuju tank farm tapi malah masuk perumahan pertamina. Bagaimana ini, kok makin nyasar.

Kami berbalik arah, ke tempat simpang tiga saat kami ambil belok kiri. Kembali kearah sebelumnya. Sudah jam 15.30 tapi masih berputar-putar tak tentu arah. Sementara panas sangat menyengat. Mobil pun tanpa AC. Terpanggang dalam mobil, tak ada pilihan lain. Mencoba menerima kondisi dengan ikhlas.

Saya mulai berfikir, ada apa dibalik semua kejadian ini. Mungkin Allah sedang menegur saya dengan manis. Belum faham juga apa hikmah dibalik tersesatnya kami. Apa Allah tidak ridho pada apa yang kami lakukan, atau….. ini akumulasi dari dosa yang dilakukan perusahaan. Ah…saya tidak mau menduga-duga. Mungkin juga karena kesalahan yang tidak sengaja saya lakukan. Sepanjang perjalanan saya hopeless, tidak tau harus bagimana lagi. Tidak tau harus menempuh jalan yang mana agar kami sampai ke tujuan.

Dengan sisa semangat yang semakin menipis, kami tetap in contact dengan Bos WH dan CMXXX, bahkan berkali-kali juga saya hubungi HP pihak USER. Tapi tidak dijawab. Jam 16.30 sore, kami keluar di jalur simpang Bangko. Masya Allah……, kami ke arah jalan pulang ke Duri, bukan arah Dumai.

Ya….Allah…., sudah lelah badan ini. Kepanasan, kehausan, belum lagi letih seharian duduk dengan setengah melompat-lompat karena mobil di laju dengan kecepatan yang tinggi. Berharap dapat menyusul rombongan.

Akhirnya saya putuskan menelpon bos CMxxxx.
“ Pak, gimana nih. Kita malah sampe simpang bangko. Dah hopeless, mau lanjut ngga bakalan terkejar. Mereka selesai sampling jam 5 sore.” Saya mencoba menjelaskan. Saat kami tiba di simpang bangko dan menepi sesaat untuk ambil keputusan yang tepat.

“ Astagfirullah…, kirain tadi sudah sampai ditempat, dari kalian telepon jaraknya Cuma 200 meter saja. Kok malah sudah sampai di simpang bangko. Itu sudah terlewat jauh.” Bos CMXXX menjelaskan.

“ Tapi kita memang dari tadi ngga melihat tangki-tangki besar itu. Mungkin arahnya beda. Atau kami yang malah nyasar terus.” Jawab saya.

“ Ya sudah, lebih baik kalian pulang saja. Percuma, tidak akan cukup waktu untuk ke tempat sampling. Nanti kita bicarakan dengan pihak USER bagaimana baiknya. Semoga mereka mau izinkan kita sampling lagi.” Saran Bos CMXXX, cukup menenangkan hati.
Akhiranya kami kembali pulang ke Duri, setelah sebelumnya mencoba menghubingipihak USER kembali. Karena tidak ada jawaban kamipunmemutuskan untuk pulang.

Sepanjang perjalanan pulang saya berfikir, ada apa dibalik semua ini. Semoga hanya kebetulan saja. Saya istighfar….sepanjang jalan pulang. Mohon ampun kepada Allah atas kesalahan yang saya buat. Apapun itu yang menyebabkan nyasar sepanjang hari ini.

PS: rekor nyasar terlama yang pernah saya alami (dari jam 12.15 siang sampai jam 16.30 sore), dan tidak sampai tujuan pula.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar