(bagian 1)
Tidak bisa ditahan. Air mata ini terus mengalir. Saya kecewa, sedih, marah, dengan kondisi yang ada. Saya tidak bisa berbuat banyak untuk mba susi. Orang yang begitu care sama saya, yang rela mengorbankan sekotak perhiasannya demi saya bisa melanjutkan sekolah, yang selalu ada saat saya susah, yang selalu memotivasi saya, saat ini dia sedang tergolek tak berdaya. Sedang menunggu uluran tangan saudaranya.
Saya tidak habis fikir dengan saudara saya yang lain yang notabene hidup
berkecukupan, yang pemasukan sebulan lebih dari 200 juta, yang hidupnya serba wah…. Tapi begitu mendengar saudaranya sedang kesulitan, langsung berakting seperti layaknya orang yang miskin, tidak punya apa-apa.
Sehingga berat sekali rasanya tangannya memberi. Sedih….sekali.
Andai saja saya punya dana berlebih saat ini, pastinya dana itu segera meluncur ke rekening mba susi. Sayangnya dana di tabungan saya hari ini (13 maret 2009) tinggal 200 ribu, menunggu gajian suami (tanggal 25). Mau pinjam ke kantor, harus melalui prosedur yang berbelit dan belum tentu dana itu akan keluar dalam waktu dekat alias waiting list. Saya jadi tambah hopeless, tambah deras air mata ini mengalir. Jalan satu – satunya adalah mengambil tabungan pendidikan ifa (di syariah mandiri).
Yah….hanya itu jalan satu – satunya walaupun jumlahnya masih jauh dari yang dibutuhkan mba susi. Minimal bisa mengurangi sedikit beban di pundak mba susi.
Ya Allah….., tolong kami…..
(Friday, March 13, 2009)jam 11:59 siang.
-------------
(bagian 2)
Belum selesai juga rupanya, beban dipundak ini terasa berat. Rasanya sampai ke kepala, alias jadi pusing tujuh keliling. Semua orang ga mau bantu. Si kaya tak ada kabarnya, malah terakhir saya dengar beliau malah tersinggung atau apalah namanya.
Saya tidak mengerti. Mengapa semua jadi serba rumit seperti ini.
Yang saya mengerti hanya sederhana, jika mau membantu, bantu saja.
Tidak pakai embel – embel apapun. Jika tidak bisa atau tidak mau membantu ya, bilang saja. Toh clear masalahnya. Kita jadi tidak berharap banyak atas bantuan yang tak kunjung datang.
Hari ini, rencana saya meleset. Buku bank syariah mandiri saya nyelip entah dimana. Sementara hanya dengan itu tabungan ifa bsa diambil. Kalau memang dilaporkan hilang, prosedurnya pastilah berbelit dan lebih panjang lagi. Saya bingung harus bagaimana. Teman yang saya harap bisa diajak sharing, tidak bisa memberikan solusi. Hhhehh jadi tambah pusing.
Sekarang hanya Allah saja lah penolong saya, dimana saat semua tidak dapat memberikan solusi. Sedih. Saya tidak bisa berbuat banyak. Niatnya meringankan beban orang lain, jadi malah terbebani sendiri. Semoga saja saya tetap bisa menjalankan ini semua dengan ikhlas, walaupun berat.
Jangan sampai mama tau, bahwa dana yang saya berikan ke mba susi, adalah dana pinjaman, yang sayapun pusing untuk menggantinya. Saya tidak ingin memberatkan orang tua lagi. Cukuplah kami yang susah, jangan lagi orang tua terkena imbasnya.
Gimana ya….?, ada alternative?
- pinjam bank (bunganya lumayan cukup besar),
- pinjam kantor (belum tau kapan bisa cair)
- jual perhiasan (saya hanya punya cincin kawin & kalung hadiah dari madam inza),
kalaupun itu dijual harganya tidak seberapa (hitung saja 1gram emas =200rb, jika
hanya 6gram = 1,2jt)
- ga punya yang lain yang bisa dijual.
Ya… Allah….,
Hamba bingung, harus bagaimana lagi.
(Friday, March 20, 2009)jam 13:30 siang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar