Rencana Rihlah dari bulan Desember lalu yang sempat tertunda akhirnya jadi juga. Ditemani gerimis pagi, yang membuat sebagian orang enggan beraktifitas justru saya dan Rif’an harus siap-siap berangkat.
Tunggu punya tunggu, sudah jam delapam kurang, masih satu mobil yang datang. Satu lagi OTW, sedih dengar beberapa teman tidak bisa ikutan rihlah kali ini. Ada yang sakit dan harus bedrest total, ada yang baru melahirkan putranya, ada juga karena anaknya sakit. semua yang batal ikut 5 orang. Wedeh.. sedikit dong yang rihlah kali ini. Alhamdulillahnya, saya dan dua keluarga lainnya bawa anak-anak, jadi tidak terlalu sepi.
Rute pun ditetapkan oleh kepala suku Rihlah kali ini, tujuan pertama adalah Mie Baso Akung, lanjut ke Primarasa, Setelah itu ke Masjid Salman untuk sholat Dzuhur, cari oleh-oleh ke Kartika Sari, cari oleh-oleh lagi ke Amanda, Silaturahim ke DT sekalian sholat asar, makan sore dan pulang…
Bener-bener niat Wiskul deh…
Siip…lah kalau begitu, Bandung… we’re coming…
Baru Km 50 an, sudah mulai merayap, weleh..weleh… si Komo mau ke Bandung juga nih?
Teman segera cari info ada apa kok baru km sekian sudah padat begini, ternyata ada kecelakaan di Km 71. Efeknya sampai ke km 50. Parrah bener. Yowis… dinikmati saja, macet-macet. Takjub melihat kakak-kakaknya, Rifan hanya bisa memandang mereka, tanpa ada sepatah katapun keluar dari mulut mungilnya. Setiap di tawari makanan selalu dijawab dengan anggukan kepala. Pagi ini, sarapan menu ‘special’ sekotak coklat, beberapa butir permen jelly, dan sebungkus kerupuk Palembang. Itupun tidak mau berhenti makan permen, kalau saja tidak dialihkan ke hal yang lain. Pffffh… bakalan ga mau makan nih…
Mendekati pasteur, Riffan seperti tidak bersemangat, bahkan nemplok dipelukan saya. Tidak seperti biasanya yang ceria, lompat-lompatan, berkicau sepanjang jalan. Walah… ternyata ngantuk berat dia. Jenuh tidak bisa pecicilan, bikin dia ngantuk. Ya sudah…tidur yang nyenyak ya nak. Sementara kakak2nya masih saja berteriak, menangis, bercanda, Rif’an tetap cool… pulesss.
Keluar tol Toha, kami langsung ambil kiri. Tiba di persimpangan lampu merah kami lurus (menyebrang) saat lampu hijau. Ternyata mobil harus berbelok kiri dulu, tidak boleh langsung lurus. Di depan sana sudah banyak pak Polisi. Sambutan unik nih…“selamat datang di Kota Bandung, dan anda kami tilang” hehehe…, jujur saja sebagai orang yang jarang ke Bandung agak bĂȘte juga, lihat rambu yang minim, dan polisi yang ‘galak’, pagi-pagi perut lapar sudah harus ditilang. Melayang 50 ribu deh (setelah diskon 50%).
Tujuan pertama adalah Mie Baso Akung yang terkenal itu. Menurut ceritanya mie basonya wuenak tenan…., porsinya super JUMBO. Kita cukup memesan ½ porsi pasti sudah kuenyang. Karena kemarin pas wiskul ga sempet potret2 ya..browsing deh… cari dokumentasi mie baso akung. (tq pak blognya)
Ini dia tempatnya si Mie Baso Akung itu. Bagunan rumah yang dimodif sedemikian rupa, ada kolam ikan kecil juga didalamnya. Bikin anak-anak kecil betah berdiri dipinggir kolam. Sambil nunggu pesanan datang.
Ini porsi setengah loh…, penasyaran porsi satu nya sebanyak apa.
Mie Yamin Baso Ceker, mie yamin ini diracik khusus sehingga bumbunya benar-benar merata ke seluruh mie sebelum sampai ke meja kita. Bisa memesan Yamin Manis, Sedang atau Asin, sesuai selera. Dan bagi yang tidak mempunyai usus yang panjang atau lambung yang cukup besar, saya sarankan untuk memesan 1/2 porsi saja, sudah sangat cukup koq. Karena jika kita satu porsi mie ini membutuhkan ruangan yang cukup besar di perut kita. Sebagai pendamping, tersedia pilihan variasi BPTSC (Baso - Pangsit - Tahu - Siomay - Ceker) yang disajikan dalam kuah dengan aroma yang "mengundang". Harganya bervariasi, yang paling mahal Rp. 19.500 (satu porsi mie + BPTSC), sedangkan untuk yang saya pesan sesuai gambar di atas harus ditebus senilai Rp. 12.500 (1.2 porsi mie + BC/Baso Ceker)
Pangsit Tahu Siomay, buat yang tidak terlalu gemar mie bisa "nambul" pendampingnya saja, mulai dari yang paling lengkap BPTSC. Kulit pangsitnya sangat lembut ditambah dengan isinya yang mantap patut anda coba, ditambah dengan tahu putih yang diisi dengan adonan baso dan siomay yang nendang, benar-benar bisa menghangatkan udara kota Bandung. Apalagi ditambah dengan sentuhan sambal & kecap... Hmmm... Harga: Rp 14.500,-
Es Teler Durian, sebenernya favorit dessert dari tempat makan ini adalah Es Durian, gambar di atas ini es teler durian. Isi er teller ini; kelapa muda, agar-agar, kolang-kaling dan tentu saja buah durian merupakan campuran dari minuman segar ini. Duriannya sendiri berbentuk gelondongan utuh. Tapi kalau anda datang di atas jam 2 siang, jangan terlalu berharap dapat menikmati es durian ini, biasanya sudah habis. Harga: Rp. 11.000,
Psst… saya ga pesen kok, karena tidak doyan duren. Ini biar bikin mupeng yang doyan duren aja. Xixixi..
Sesuai dengan dugaan awal, porsinya yang JUMBO ternyata tidak sanggup saya habiskan. Rifan juga tidak mau makan. Hanya makan segigitan baso saja. Selebihnya dilepeh (mungkin kebanyakan makan coklat)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar